Pages

Islamic Widget

Friday, November 5, 2010

Saat Lafaz Sakinah..

Heningnya…
Sunyi suasana…
Lafaz sakinah bermula

Apa rasa
Diterjemah hanya
Sebak abah, tangis ibunda


Adalah aku, wali puteriku
Serah kini amanahku ini pada mu
Nafkahilah dia, curah kasih dan cinta
Lebih dari yang ku berikan kepadanya

Dulu esakkannya sandar di bahuku
Tangisannya kini ku serah padamu
Bukan bermakna, dia bukan milikku
Fitrahnya perlukanmu

Jadikanlah dia wanita syurga
Mengerti benar akan maharnya
Taat itu bukan hanya pada nama
Indah ia pada maksudnya

Ku akur
Akan pesanmu
Puterimu kini amanahku

Iringilah
Dengan doamu
Bahagia kami dari redhamu

Siapakah mereka???

Mereka ini bekerja untuk Islam, siang dan malam tanpa mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari sesiapa pun, kecuali hanya dari Allah. Mereka pun tidak pernah menyandarkan langkah-langkahnya, kecuali kepada dukungan dan pertolongan-Nya, kerana ‘tidak ada kemenangan kecuali dari sisi-Nya’.

Seorang yang peribadinya lalai akan dirinya sendiri dan terhadap orang lain. Ia tidak memiliki tujuan hidup, tidak memiliki prinsip pemikiran, dan tidak pula beraqidah. Tetapi ia suka mempersoalkan itu dan ini mengenai gerakan-gerakan Islam, padahal tidak ada sedikit pun usahanya untuk membantu, yang ada cuma komen ini salah dan itu betol.

Orang seperti ini yang hobinya suka bersilat lidah dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang indah-indah agar dianggap sebagai orang ‘berisi’, walaupun kenyataannya ‘tin kosong berbunyi nyaring’ dengan perilakunya, ia ingin mempersembahkan di hadapan manusia bahawa dirinya adalah pencinta kepada amal. Ia sentiasa berusaha mempamerkan dirinya di alam Jihad, namun tidak pernah menemukan jalan. Ia menyedari akan kebohongan dirinya dengan lontaran kata-katanya itu, dan itu dilakukan hanya untuk menutupi kelemahannya.

Mungkin ia seorang yang tengah berupaya untuk melemahkan semangat orang-orang yang menyeru dakwah, agar dengan lemahnya semangat itu ia mempunyai alasan untuk meninggikan seruannya, untuk mempengaruhi secara dingin, dan akhirnya berpaling dari amal jama’i.

Golongan yang manapun dari mereka itu, jika anda menemuinya di jalan lalu anda jelaskan padanya manhaj amal yang sebenar, anda tuntun mata telinga, akal fikiran, dan tangannya menuju jalan yang benar, nescaya mereka akan berpaling juga dalam keadaan bingung, jiwanya memberontak, bibirnya gementar untuk berbicara, geraknya meragukan, dan diamnya pun nampak salah tingkahnya. Ia lalu menyampaikan kata-kata ‘maafnya’ dan meminta kesempatan di waktu yang lain saja. Akhirnya, ia pun menghindar darimu dengan seribu satu alasan. Itu semua dilakukan setelah ia dengan gigihnya berdiskusi denganmu berlama-lama, dan setelah itu engkau lihat, dia bahkan pergi begitu saja tanpa raut wajah gembira.

Perumpamaan mereka itu seperti suatu cerita bahawa ada seseorang yang dengan semangatnya menghunus pedang, tombak, dan senjata lainnya. Setiap malam ia memandang senjata-senjata itu dengan gerakan geram kerana tidak menemui musuhnya untuk menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya. Suatu saat, isterinya ingin menguji kesungguhannya. Dibangunkanlah dia pada tengah malam sambil memanggilnya dengan nada meminta bantuan, “Bangunlah abang, kuda-kuda perang telah beratur di pintu rumah kita.” Lalu dia terbangun dalam keadaan gemetar dan wajahnya pucat lesu sambil mengigil ketakutan, “Kuda perang, kuda perang …” Hanya itu yang ia ucapkan, tidak lebih dari itu. Dia bahkan tidak berusaha untuk membela dirinya. Apabila waktu pagi tiba, hilanglah akal sihatnya kerana ketakutan yang amat sangat dan terbanglah pula roh Jihadnya, padahal ia belum terjun ke medan perang secara nyata dan belum menjumpai seorang musuh pun.

Allah swt. Berfirman,

“Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: "Marilah kepada kami." Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang pengsan kerana akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Ahzab: 18-19)

Untuk orang-orang seperti ini kita tidak perlu memberi komen. Kita tidak perlu menjawab mereka, kecuali dengan kata-kata, “Semoga keselamatan atas kamu dan kami tidak memerlukan orang-orang jahil.” Bukan untuk mereka saya menulis dan bukan kepada mereka dan saya berbicara. Kita telah lama berharap kebaikan untuk mereka dan mungkin kita telah tertipu oleh mulut manisnya ketika dulu, lalu terbukalah keburukan mereka dan terungkaplah apa yang ada di sebalik kata-katanya itu.

Ada lagi kelompok lain: sedikit jumlahnya, tetapi besar kesungguhannya, diberkati dan dilindungi oleh Allah. Mereka bertanya kepadamu dengan pertanyaan serupa ketika diajak untuk mendukung dan bergabung dengan jamaah ini, namun dengan hati yang tulus. Mereka adalah orang-orang yang hatinya telah dipenuhi dengan kerinduan untuk berbuat demikian, sehingga apabila mengetahui jalan untuk itu, mereka pasti terjun seketika. Mereka adalah para mujahid, namun tidak berpeluang menjumpai medan jihad yang dapat membuktikan kepahlawanannya. Mereka telah banyak berinteraksi dengan berbagai kelompok dan telah mengkaji berbagai jemaah dan organisasi dakwah, namun tidak menjumpai sesuatu yang memuaskan hatinya. Apabila mereka menjumpai apa yang mereka inginkan, mereka ini pastinya memenuhkan posisi di barisan pertama dan menjadi bahagian dari para aktivis yang tekun.

Kelompok ini telah hilang dan sedang dinanti kedatangannya. Saya yakin sepenuhnya, jika seruan ini terdengar olehnya dan sampai di hatinya, mereka pasti akan menjadi salah satu dari dua golongan: golongan aktivis atau paling tidak golongan penolong dan tidak mungkin menjadi yang ketiga. Mereka, kalaupun tidak mendukung fikrah ini, tidak akan pernah sekali-kali menjadi musuhnya. Untuk kelompok inilah saya menulis, kepada merekalah saya berbicara, dan bersama merekalah untuk saya saling memahami. Allah swt sendirilah yang memilih tentera-tenteranya dan memilih para aktivis dakwahNya.

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (Al-Qashash:56)

Mudah-mudahan kita sepakat dengan apa yang kita inginkan. Allah swt berfirman dengan kebenaran dan hanya Dialah petunjuk jalan.

Kepada Putera-Puteri Islam Yang Penuh Semangat

Kepada kelompok ini, yang berkepribadian mulia, yang berhati jernih, yang bercita-cita tinggi, yang berjiwa terhormat, yang cintanya bekerja, dan menjadi tumpuan harapan, dimana seorang penyair telah berputus asa mendapatkan orang sepertinya:

Telah sekian lama ‘ku bergaul dengan banyak orang pengalaman demi pengalaman menempaku tiada hari datang kepadaku kecuali menyenangkan di jumpa-jumpa pertama namun menyakitkan jua di akhirnya

Saya katakan, “Kamu kini berada di hadapan seruan dakwah yang baru. Mereka menyeru kamu untuk bekerja bersama mereka dan bergaul dengannya untuk menuju suatu tujuan, yang ia adalah cita-cita setiap muslim dan harapan setiap mukmin. Adalah hakmu bertanya tentang sejauh mana persediaannya. Dan kewajibanmu pula untuk mengetahui lebih dalam terhadap apa yang diserukan kepadamu.

Saya merasa kagum akan kejujuran dan ketulusan mereka untuk bergabung dengan jamaah kita. Mereka minta penjelasan terhadap setiap kata dan setiap ungkapan kepada saya. Mereka mengkonsultasikan setiap sarana yang dipergunakan, hingga jika sudah merasa puas, mereka segera menyampaikan pesan-pesannya dengan keyakinan yang bulat, jelas maksudnya, dan semangat pula wajahnya. Mereka sentiasa bekerja dengan kesungguhan yang penuh hingga saat ini, dan saya berharap akan terus begitu dengan izin Allah.

Saya serukan kepada putera puteri Islam yang memiliki semangat bahwa seluruh jamaah Islam di masa kini sangat menginginkan munculnya peribadi aktivis sekaligus pemikir dan jiwa yang berani menyatakan kebenaran. Dan tidakkah mereka memahami bahwa hendaklah mereka segera bergabung dengan jamaah ini. Mungkin kita masing-masing mempunyai pendapat dan pendekatan yang berbeza-beza. Lihatlah Rasulullah saw. Jika dibanding dengan manusia seluruhnya, pendapatnya adalah sebenar-benar pendapat dan pemikirannya adalah sematang-matang pemikiran, namun ia mengambil juga pendapat Hubaib ra saat perang Badar dan pendapat Salam saat perang Khandak. Mereka tentu saja sangat bahagia, kerana ada yang mengambil pendapatnya untuk suatu pekerjaan yang benar.

Tidakkah mereka mengetahui bahwa jika mereka telah mencuba sekali, dua kali, atau lebih dari itu, namun belum juga berhasil, janganlah putus asa. Mereka harus ‘memainkan bola’ terus-menerus sehingga menciptakan ‘gol’ pada saatnya. Jika mereka tergesa-gesa dan cepat putus asa, hilanglah kesempatannya untuk memperoleh keuntungan itu.

Hal ini sebagaimana kisah seorang pemburu ikan. Suatu saat ia mendapat ikan yang besar. Lalu ia melihat di dasar air itu ada rumah karang yang disangkanya mutiara. Setelah itu, ditinggalkannya ikan yang sudah di tangan untuk mengambil rumah karang. Ketika ia melihat dari dekat, hatinya menyesal. Kemudian ia melihat ikan kecil membawa mutiara. Akhirnya ia hanya mendapatkan ikan kecil, serta kehilangan ikan besar dan mutiara, sesuatu yang berlipat-lipat lebih berharga, atau seperti seekor itik di suatu danau. Ia melihat bayangan di dasar air yang disangkanya ikan. Ia berusaha menjulurkan paruhnya untuk mendapatkannya. Ia mematuknya berkali-kali hingga kepenatan lalu ditinggalkan dengan perasaan marah. Sejenak kemudian berlalulah ikan di hadapannya. Ia acuh tak acuh kerana menganggapnya bayangan. Lalu ia pun meninggalkannya. Dengan begitu ia kerugian dan kehilangan kesempatan berharga dan sirnalah pula harapannya.

Inilah beberapa catatan, yang perlu saya sampaikan kepada orang-orang yang ingin berjuang dalam Islam. Saya fikir ini patut direnungkan dalam-dalam. Saya serukan dakwah ini kepada mereka. Hendaklah mereka mencuba bergabung dengannya. Jika mereka mendapati kebaikan, dukunglah dan jika mendapati kebengkokan, luruskanlah. Jangan sampai percubaan mereka menjadi penghalang bagi kemajuan bersama. Saya berharap mereka menyaksikan pada diri kami pemandangan yang menenteramkan hati, insyaAllah.


MOHD YUSOF HADHARI B. SAIDON -UTMKL

 Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

 

Muqaddimah
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar adalah suatu usaha yang paling mulia, tinggi kedudukannya, sangat dititikberatkan di dalam Islam. Ianya mesti dilaksanakan agar manusia sentiasa berada di atas landasan yang betul dan tidak menyimpang dari jalan yang sebenarnya. Lantaran itulah jemaah Islam ditubuhkan supaya dapat membimbing hati manusia.
Islam adalah agama samawi yang datangnya dari Allah swt. Islam mementingkan aspek kemasyarakatan dari sudut kekeluargaan, rumahtangga, masyarakat, pergaulan, dan kenegaraan. Islam adalah agama yang bukan hanya mementingkan individualistik (individu tetapi ia mementingkan ummah. Lantaran hidup manusia yang dikenali sebagai golongan yang mudah lupa, lemah dan serba kekurangan, didatangkan para Nabi as sebagai pencetus kebangkitan dan penegur atas segala kesilapan dan kesalahan yang dilakukan. Oleh kerana itulah disyaratkan bahawa hukum Amar ma’ruf nahi Mungkar adalah wajib yang tidak boleh dinafikan lagi. Berikut adalah dalil-dalil kewajipan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar.

Dalil kewajipan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Abul -Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar bin Abdul-Aziz berkata: “Sesungguhnya Allah s.w.t. tidak menyiksa orang-orang umum kerana dosa-dosanya orang-orang yang tertentu tetapi apabila perbuatan dosa itu merahajalela dan terang-terangan kemudian tidak ada yang menegur, maka bererti semuanya sudah layak menerima hukuman.”
Dan diriwayatkan bahawa Allah s.w.t. telah mewahyukan kepada Yusya bin Nun.:
“Aku akan membinasakan kaummu empat puluh ribu orang yang baik-baik dan enam puluh ribu orang yang derhaka.”
Nabi Yusya bertanya: “Ya Tuhan, itu orang derhaka sudah layak, maka mengapakah orang yang baik-baik itu?”
Jawab Allah s.w.t.: “Kerana mereka tidak murka terhadap apa yang Aku murka, bahkan mereka makan minum bersama mereka yang derhaka itu.”
Abu Hurairah r.a. berkata:
“Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Anjurkan lah kebaikan itu meskipun kamu belum dapat mengerjakannya dan cegahlah segala yang mungkar meskipun kamu belum menghentikannya.”
Anas r.a. berkata:
“Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Sesungguhnya diantara manusia itu ada yang menjadi pembuka untuk kebaikan dan penutupan dari kejahatan, dan ada juga manusia yang menjadi pembuka kejahatan dan penutupan kebaikan, maka sesungguhnya untung bagi orang yang dijadikan Allah s.w.t. sebagai pembuka kebaikan dan binasa bagi yang dijadikan Allah s.w.t. pembuka kejahatan itu ditangannya.”
BEBERAPA KEPERLUAN KESEDIAAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR
1. Keimanan yang mendalam.
Ia bermaksud menganggap Islam itu adalah petunjuk yang benar dan selain dari itu adalah kebatilan. Keyakinan terhadap kebenaran itulah yang menjadi prinsip yang tidak boleh ditawar-tawarkan lagi. Setiap penyelewengan dari prinsip itu adalah kesesatan yang lahir dari nafsu keinginan yang merupakantanda kurang sempurnanya iman.
2. Ilmu yang hak
Ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu yang bersandarkan kepada AlQur’an dan AsSunnah yang mulia. Seseorang daie perlu mengetahui segala nas-nas yang berakitan serta hukum supaya ia dapat mengetahui kedudukan sebenar orang yang ingin ditegahnya.
3. Matlamat untuk keredhaan Allah
Tiada yang lebih tinggi dari mendapat keredhaan dan kecintaan Allah. Inilah matlamat setiap para nabi dan Rasul dan juga para sahabat di dalam menempuh amar ma’ruf nahi mungkar ini.

MATLAMAT YANG INGIN DICAPAI MELALUI DAKWAH:
Ada beberapa matlamat umum yang digariskan adalah:-
1. membawa kepada Islam bagi orang yang belum menganut Islam.
2. mempertingkatkan mutu kefahaman dan penghayatan Islam.
3. mendirikan sebuah negara yang diredhai Allah.
4. menuju kepada keselamatan dan kebahagiaan.
5. mendapat Keredhaan Allah.

KAEDAH AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR
Sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Nabi saw, iaitu:-
“Barangsiapa di antara kamu yang melihat akan kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya(kuasanya). Jika sekiranya ia tidak berkuasa, maka hendaklah ia mengubahnya dengan lidahnya. Dan jika ia tiada juga berkuasa, maka hendaklah ia mengubahnya dengan hatinya. Dan yang demikian itu (iaitu mengubah dengan hatinya) adalah selemah-lemahnya iman”. (HR Muslim)
1. Dengan tangan ( Kuasa / pemerintahan)
Pemerintahan mempunyai kuasa mutlak untuk menegah dan melarang suatu perbuatan mungkar itu. Ia boleh mengubah atau meletakkan hukuman serta pencegahan bagi rakyat atau orang yang di bawah pimpinannya. Oleh itu, pemimpin akan ditanya lebih dari rakyat atau orang biasa di hari akhirat kelak. Justeru itulah jemaah islam wajib mendapatkan kuasa / pemerintahan sebagai batu asas untuk mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar kepada masyarakat di bawahnya.
Dalam konteks kemsyarakatan pula, dengan kuasa bermaksud dengan organisasi yang ditadbir. Sebagai contoh, jika seseoang itu menjadi pengarah syarikat atau organisasi pentadbiran, dia boleh melaksanakan sesuatu arahan contohnya mewajibkan kakitangan atau pekerjanya menutup aurat, berkelakuan sopan, mengasingkan antara lelaki dan perempuan, menepati masa dan sebagainya. Mana-mana perlanggaran kepada syariat Islam bolehlah diambil tindakan.
2. Dengan lidah / ucapan / lisan
Kaedah ini hanya boleh dilaksanakan sekiranya seseorang atau kumpulan tidak mampu mengubah dengan kuasa- yang beerti ia mesti dilaksanakan melalui kaedah lidah lisan. Banyak cara atau kaedah yang boleh dilakukan dengan cara ini termasuk;
a.) Nasihat / peringatan – sewaktu Nabi-nabi dan Rasul-rasul menjalankan misi dakwah mereka, mereka menggunakan kaedah nasihat atau peringatan tentang ganjaran dan siksa yang bakal manusia itu tempuh di akhirat kelak. Para diae diingatkan supaya menggunakan kaedah nasihat yang baik terlebih dahulu sebelum menggunakan kaedah ancaman. Cara ini boleh dilakukan melalui ceramah, majlis ilmu, penerangan, dan juga secara peribadi (fardiyah)
b.) Penerangan – Ia meliputi aspek yang meluas seperti ceramah, risalah dan majalah, poster, kempen dan sebagainya
c.) Penulisan – ia juga adalah suatu aspek dakwah yang berkesan. Para daie perlu menguasai ilmu penulisan dan sebarkan kepada masyarakat tentang kebaikan Islam, keburukan kemungkaran yang dilakukan. Penulisan adalah berbentuk komentar, risalah, poster, majalah, surat khabar, memorandum dan sebagainya.
3. Dengan Hati (membenci dan tidak meredhai)
Nabi saw menyatakan bahawa ini adalah kaedah yang paling nipis iman bagi umat Islam. Kaedah ini hanya boleh dilakukan setelah berikhtiar melalui kaedah kuasa dan lidah yang tidak memberikan kesan bahkan memudharatkan seseorang daie atau jemaah Islam itu sendiri. Ini beerti seseorang daie tidak dibenarkan sama sekali meredhai maksiat dan kemungkaran tersebut dan berusaha menjauhinya sedapat mungkin dengan membawa bersama pengikut-pengikut ke tempat lain. Ini kerana untuk mengelakkan kemurkaan dan bala Allah swt di tempat tersebut. Namun jika tidak terdaya membencilah sedapat mungkin sambil berdoa supaya masyarakat yang jahil supaya mereka sedar.

STRATEGI MENJALANKAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR.
Strategi adalah sama dengan berdakwah. Ia memerlukan kebijaksaan, ketegasan, iltizam dan semangat serta tidak putus asa dalam menjalankan kerja yang mulia ini. Adakalanya daie perlu bertegas dan melakukan sesuatu yang dianggap keras bagi sesautu perkara atau terhadap segelintir orang. Adalah kerana untuk menyedarkan manusia yang sombong yang tidak mahu mendengar teguran dan nasihat yang baik. Manakala untuk golongan yang mudah dinasihati adalah dengan cara berhikmah dan nasihat yang baik.
Namun tidak diketahui strategi yang paling berkesan selain daripada melakukan amar ma’ruf nahi mungkar secara berjemaah. Ia adalah strategi yang paling baik kerana dengan berjemaah akan mempunyai kekuatan dan sokongan yang ramai.

Islamic Greeting Card